Skip to main content
Berita Utama

Salah Satu Jalan Menuju Narkoba, Terlalu Kompromi dengan Pelanggaran

Dibaca: 2 Oleh 27 Okt 2020Desember 16th, 2020Tidak ada komentar
Salah Satu Jalan Menuju Narkoba, Terlalu Kompromi dengan Pelanggaran
#BNN #StopNarkoba #CegahNarkoba

Masih banyak orang di luar sana yang menjudge bahwa pengguna atau penyalahguna narkoba selalunya adalah anak nakal, anak geng, anak gak beres dan semua yang berhubungan dengan hal-hal negatif.

 

Faktanya, pengguna narkoba itu banyak berasal dari keluarga dengan latar belakang yang baik. Ada yang berpendidikan tinggi, ada yang berprofesi sebagai tenaga medis, ada yang aktif bahkan berprofesi sebagai tokoh agama, tokoh masyarakat, bahkan aparat (oknum) pemerintah yang harusnya memberantas penyalahgunaan narkoba malah menyalahgunakan narkoba. Ironis memang, tapi itulah fakta yang terjadi. Narkoba sangat bisa menjerat siapapun, tidak peduli latar belakang pendidikan, keluarga dan pekerjaannya.

Salah Satu Jalan Menuju Narkoba, Terlalu Kompromi dengan Pelanggaran

Lalu pertanyaannya…

Mengapa seseorang sangat mudah jatuh dan terjerat dengan masalah narkoba ? seorang dokter misalnya yang notabene sangat tahu akan dampak dan bahaya penggunaan narkoba pada tubuh manusia, tetapi malah menggunakan narkoba, atau seorang tokoh agama yang sudah sangat paham bahwa menyalahgunakan narkoba adalah dosa, tapi ia pun tak luput dari dosa itu.

 

Tidak ada seorang manusia pun yang terlahir sebagai pecandu. Tidak ada seseorang yang langsung menjadi pecandu. Semuanya bermula ketika orang mulai berKOMPROMI. Ya kompromi, kalau sebagian besar kita mengatakan bahwa bukankah kompromi itu baik ?? Ya baik, jika kita berkompromi kepda hal yang positif. Tapi ketika kita mulai kompromi terhadap kesalahan-kesalahan yang dianggap kecil, kompromi terhadap pelanggaran-pelanggaran norma, berarti kita sudah mulai membuka celah terhadap pelanggaran besar, tidak terkecuali narkoba!

Contoh kasus, ketika seorang anak melanggar peraturan yang dibuat orang tua di rumah, orang tua membiarkan dengan dalih hanya untuk hari ini. dikemudian hari anak melanggar lagi, orang tua pun meloloskan dengan dalih tidak tega menghukum anak dengan berat. Dan terjadilah, anak tersebut menjadi seorang pembangkang dan pemberontak.

 

Seorang anak muda yang bukan peminum dan pecandu, diundang temannya ke pesta. Dalam pesta tersebut ia ditawari teman-temannya untuk minum dan merokok. Dalam hati ia berkata, saya datang ke sini untuk bersenang-senang dengan teman saya tidak apalah kali ini saja saya minum-minum dan merokok, tidak akan sampai mabuk. Tanpa sadar ia telah masuk dalam perangkap untuk menjadi pecandu.

 

Seorang ibu menerima resep dokter karena suatu penyakit, yang mana obat dari resep dokter itu adalah obat keras (golongan psikotropika). Ketika obat yang diresepkan dokter tersebut habis, ibu tersebut kemudian membeli sendiri di apotek tanpa berkonsultasi dengan dokter. “Toh, merk dan resep dokternya saya sudah tau. malas ke dokter antrinya lama, ribet, keluar ongkos lagi. Dan sederet argumen lain. Dan ketika obat yang diperuntukkan untuk mengobati malah berubah menjadi boomerang karena fungsinya telah berubah mendatangkan sakit penyakit dan membuat kecanduan.

 

Dari kejadian di atas kita dapat melihat bahwa dari awal tidak ada yang ingin berniat menjadi pengguna, hanya karena sikap kompromi, yang banyak orang mengira bahwa sikap komprominya itu tidak akan membawa dampak yang besar dalam hidupnya. Nyatanya  anggapan ini salah, dan banyak yang terjebak dalam situasi ini. Apalagi di kalangan remaja yang tingkat assertiveness ( kemampuan untuk mengutarakan secara langsung apa yang diinginkan atau tidak diinginkan kepada orang lain secara tegas ) masih rendah, sehingga cenderung menerima apa yang orang lain sampaikan/berikan kepadanya.

Ilustrasi diatas hanyalah gambaran kecil tentang sikap kompromi manusia terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dianggap kecil. Profesi dan pekerjaan kita mungkin berbeda, tapi kita tetaplah sama-sama manusia yang punya hasrat, keinginan dan emosi. Kita hanya akan mampu menolak godaan jika kita meredam hasrat dan keinginan kita terhadap hal-hal negatif. Jika kita berkompromi terhadap pelanggaran, maka kita kan mudah tergoda. Kita akan kalah dengan hasrat kita. Sebaliknya apabila sudah kita tegas terhadap pelanggaran kecil, maka kita akan mampu pula mengatasi pelanggaran atau godaan yang besar.

Salah Satu Jalan Menuju Narkoba, Terlalu Kompromi dengan Pelanggaran

Kirim Tanggapan

made with passion and dedication by Vicky Ezra Imanuel